A. Pendahuluan
Dalam lingkungan akademik terkhusus
perguruan tinggi, tentu saja kita tidak asing dengan istilah penelitian, karya
tulis ilmiah, skripsi dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut bersifat formal
maupun non-formal tergantung dengan kondisi maupun ketentuan yang diberlakukan
saat merancang kegiatan tersebut. (Zuriah, 2006:1) menjelaskan bahwa penilitian
dirancang dan diarahkan guna memecahkan suatu masalah atau Problem Statement tertentu. Pemecahannya dapat berupa jawaban atas
suatu masalah, atau untuk melihat hubungan antara dua atau lebih variabel yang menjadi fokus suatu
penelitian.
Kegiatan penelitian adalah suatu cara dalam memperoleh
pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi, dilakukan secara
ilmiah, sistematis dan logis, dan menempuh langkah-langkah tertentu. Dalam
penelitian di bidang apapun pada umumnya langkah-langkah itu mempunyai
kesamaan, walaupun dalam beberapa hal sering terjadi pelaksanaanya dimodifikasi
oleh peneliti yang bersangkutan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi. Makalah ini berisi tentang
bagaimana menyajikan macam-macam dari
sumber data dan menyusun instrumen penelitian.
Dengan selesainya makalah
ini penulis mengharapkan agar pembaca dapat menambah kemampuan untuk (1) dapat
mengerti macam-macam sumber data (2) menjelaskan berbagai instrumen penelitian
yang dapat digunakan dalam kegiatan penelitian (2) menentukan instrumen penelitian yang sesuai dengan masalah
dan tujuan penelitian yang akan dilakukan, (3) menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam
kegiatan penelitian.
1.
Pengertian Sumber Data
Merupakan rujukan
data yang ingin dikaji atau diteliti. Arikunto (2010:172) menambahkan sumber
data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan
kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut
responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan
peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
Arikunto (2010:172)
juga menjelaskan terdapat tiga istilah untuk mempermudah mengidentifikasi
sumber data, yaitu: (1) person:
sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara
atau jawaban tertulis melalui angket, maksudnya dalam proses untuk pemerolehan
sumber data peneliti dapat menggunakan teknik wawancara kepada informan atau
dapat berupa angket (tertulis). (2) place:
sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam (ruangan, wujud benda,
warna dll) dan bergerak (gerak tari, sajian sinetron, kegiatan belajar mengajar
dsb), maksudnya saat keadaan diam ketika kita akan meneliti sebuah bangunan
kuno, kita harus meneliti warna saat bangunan itu pertama kali ditemukan.
Kemudian yang
bergerak adalah saat kita akan meneliti sebuah seni tari atau pun yang lainnya
di suatu daerah tertentu. Tentunya faktor sejarah juga patut untuk
diperhitungkan dalam istilah ini. (3) paper:
sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau
simbol-simbol lain. Dengan pengertian tersebut “paper” tidak hanya diartikan sebagai sebuah kertas saja, melainkan
dapat berwujud juga seperti batu, kayu, tulang dsb. Istilah ini biasanya
dipergunakan dalam penelitian benda-benda kuno, saat kita meneliti tulisan atau
simbol-simbol yang melekat bangunan kuno di mana perwujudan dari suatu tulisan
tersebut menjadi bukti utama atau otentik.
A.
Populasi
Dalam menetukan sumber data, tentunya kita juga
tidak bisa terlepas dari objek kajian. Populasi sendiri menurut penulis adalah
jumlah benda atau pun makhluk hidup yang sedang diteliti yang memiliki kesamaan
ciri atau pun karakteristiknya. Menurut Arikunto (2010:173) bahwa populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Arifin (2012:215) juga mengatakan bahwa populasi atau universe
adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian,
nilai, maupun hal-hal yang terjadi.
Sedangkan Sugiyono (2012:117) menyimpulkan bahwa
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya
pada orang tetapi juga benda-benda disekitar kita maupun di alam. Populasi juga
bukan sekedar berapa jumlah objek/subjek yang akan diteliti, namun faktor sifat
(karakteristik) juga perlu kita perhatikan.
Jadi ketika kita ingin meneliti semua elemen yang
ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiaannya merupakan penelitian
populasi. Contoh dalam populasi ini adalah ketika kita ingin meneliti populasi
yang terdapat dalam Universitas Brawijaya. Kita tentunya tidak hanya melihat
dan mendata jumlah subjek ataupun objek yang terdapat dalam universitas
tersebut, melainkan kita juga harus melihat sifat/karateristik yang terdapat
dalam universitas tersebut. Semisal visi misi setiap fakultasnya, sarana dan
prasarana di setiap fakultasnya, kedisiplinan setiap pegawainya dan lain
sebagainya.
B.
Sampel
Dalam penelitian juga tentunya kita harus melihat
waktu, tenaga, dana, luas wilayah, risiko penelitian dsb. Maka kemungkinan
sampel juga dapat dipergunakan dalam proses penelitian. Sampel sendiri adalah
cuilan dari populasi yang ingin kita teliti. Arikunto (2010:174) mengatakan
sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Arifin (2012:215)
juga berpendapat bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang akan
diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk
mini (miniatur population).
Sugiyono (2012:118) menambahkan sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar, dan peneliti tidak memungkinkan mempelajari semua yang terdapat
dalam populasi. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Maksudnya adalah kegiatan sampel
digunakan untuk memperoleh suatu gagasan atau simpulan secara umum.
Menurut Arikunto (2012:176) terdapat beberapa keuntungan
dari sistem sampel ini sebagai berikut: (1) subjek/objek yang diteliti lebih
sedikit sehingga unsur kerepotan akan jauh lebih berkurang. (2) Jika populasi
terlalu besar dalam pengimplementasi kegiatan populasi, maka ditakutkan ada
yang terlewatkan. (3) Lebih efisien (uang, waktu, dan tenaga). Dalam kegiatan
sampel ini, terdapat cara-cara atau pun variasi yang tergantung dari kegunaan
kita untuk meneliti sesuatu. Berikut cara-cara pengambilan sampel penelitian
menurut Arikunto (2010:176):
(1) sampel
acak (sampling random), sampel campur:
merupakan teknik sampel yang dilakukan secara acak, ataupun mencampur objek
yang akan diteliti. Dalam hal ini tentu saja peneliti harus menentukan kuota
yang ingin dicapai saat proses berlangsung. Dalam cara seperti ini pun peneliti
juga harus menyiapkan berbagai pertimbangan seperti jenis kelamin, tingkat
pendidikan, asal daerah, agama, usia dan lain-lain agar keakuratannya pun cukup
baik.
(2) sampel berstrata(stratified sample): dalam sampel ini peneliti hendaknya tahu objek
yang ingin dikaji seperti apa. Arifin (2012:220) juga menambahkan (stratified sampling) adalah suatu cara
pengambilan sampel dari populasi yang menunjukkan yang menunjukkan adanya
strata/tingkat/kelas. Misalnya kita ingin mengkaji kehadiran semua anggota TNI AD
hendaknya kita juga mengetahui posisi jabatan yang berlaku ditempat itu. Mulai
dari jabatan terendah sampai jabatan tertinggi. Sampel berstrata ini digunakan
untuk menanggulangi perbedaan karakteristik antar strata-strata yang ada.
(3) sampel wilayah (area probability sample): dalam sampel kali ini sebenarnya sama
dengan sampel berstrata, tetapi sampel ini lebih digunakan apabila kita ingin
meneliti antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Arifin (2012:222)
menambahkan (area sampling) adalah
cara pengambilan sampel berdasarkan area atau daerah penyelidikkan. Misalnya ketika
kita ingin meneliti di provinsi Sulawesi. Pertama, kita menentukan
kabupaten/kota yang akan di sampel. Kedua, setelah memilih kabupaten/kota kita
membaginya lagi ke dalam skala yang lebih kecil yaitu kecamatan. Ketiga, setelah kita menentukan kecamatannya lalu
langkah yang terakhir kita mentukan desa di Sulawesi yang akan kita teliti.
(4) sampel proporsi (proportional sample): sampel ini lebih untuk menyempurnakan kedua
sampel diatas, dalam sampel ini lebih menekankan pada jumlah orang yang akan
disampel pada strata dan wilayah. Jadi antara strata atau wilayah satu dengan
yang lain harus sama. Semisal kita akan meneliti penduduk yang memiliki mobil
dalam satu kecamatan, desa 1 terdapat 20 orang, desa 2 terdapat 40 orang, desa
3 terdapat 50 orang dan desa 4 terdapat 70 orang. Maka setiap desanya kita
dapat menyampel lima atau sepuluh orang dalam sampel proporsi.
(5) sampel bertujuan (purposive sample): dalam sampel ini peneliti sudah tidak lagi menggunakan
sampel random, strata, atau pun wilayah, tetapi lebih pada dengan tujuan apa
yang ingin dicapai peneliti dengan cara melihat karakteristik, sifat,
ciri-ciri, dalam perencanaan sebelum sampel dilakukan. Arifin (2012:221)
menambahkan (purposive sampling)
adalah cara pengambilan sampel yang berdasarkan pada pertimbangan dan atau
tujuan tertentu, serta berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang
sudah kita ketahui sebelumnya. Semua penelitian memang memiliki tujuan, namun
yang dimaksud dalam hal ini adalah tujuan khusus terhadap penelitian tersebut.
Semisal kita ingin meneliti sikap guru terhadap
kurikulum 2013, tentunya kita juga menentukan standar guru yang akan kita
teliti. Tujuannya agar kita mengetahui tujuan guru dalam mengembangkan potensi
siswa dan lain sebagainya.
(6) sampel kuota (Quota Sample): teknik sampel ini juga tidak terfokus pada strata
atau daerah yang ingin disampel, tetapi dalam kali ini adalah bagaimana jumlah
populasi yang ingin disampel sudah mencukupi kuota yang ingin dicapai. Arifin
(2012:221) menambahkan bahwa (quota
sampling) adalah cara pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu
jumlah anggota sampel secara quotum (jatah).
Adapun dasar penentuan jatah tersebut dapat berupa alasan status sosial,
geografis, kepegawaian, dan lain sebagainya.
Semisal ketika kita ingin mengambil sampel
mahasiswa di sebuah universitas yang memakai kendaraan bermotor, terlebih
dahulu kita memberi kuota yang ingin kita penuhi berapa, barulah kita
menentukan karakteristik dalam pengambilan sampel tersebut.
(7) sampel kelompok (cluster sample): dalam teknik sampel kali ini hampir sama dengan
strata yaitu mengenai kelompok dari populasi yang ingin sampel. Arifin
(2012:222) menambahkan (cluster sampling)
adalah caa pengambilan sampel berdasarkan sekelompok individu dan tidak diambil
secara individu atau perseorangan.
Misalnya kita mengambil contoh upah kerja PNS,
kita mengetahui banyak sekali golongan maupun tingkatan dalam PNS tersebut.
Nah, dari situlah kita mengambil beberapa kelompok semisal dari kelompok
kelurahan X untuk proses pengambilan sampel, sehingga kita tak perlu
repot-repot untuk mengambil banyak sampel PNS mengenai upah kerja mereka.
(8) sampel kembar
(double sample): dua buah sempel yang
sengaja diambil peneliti untuk lebih memastikan dan mengecek perbedaan antara
sampel pertama dengan kedua. Arifin (2012:223) menambahkan (sampel insidental)
adalah menentukkan anggota sampel secara kebetulan, atau dengan jalan mengambil
sampel yang berada pada tempat dan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya, baik
yang dilakukan secara random, purposif, atau secara insidental pula.
Semisal kitaakan mengambil jumlah penduduk pada
suatu desa tertentu, sebelumnya kita pernah melakukannya pada desa tersebut,
yang kita lakukan hanya menyampel jumlah penduduk pada saat sekarang. Karena
tentunya ada sedikit perbedaan antara sampel yang sekarang dengan sampel yang
terdahulu, namun tidak terlalu condong.
C.
Penelitian Kasus
Penelitian seperti ini digunakan ketika terdapat
sebuah kasus dalam suatu daerah maupun kelompok dan sebagainya yang memerlukan
untuk diteliti. Arikunto (`2010:185) menambahkan penelitian kasus adalah suatu
penelitian yang dilakukan secara intensif dan terinci dan mendalam terhadap
suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu.
Dalam Sugiyono (2012:125) istilah ini juga dikenal
dengan nama (snowball sampling) yaitu
teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Contoh
ketika memeriksa tersangka tawuran, tentunya terlebih dahulu kita akan
mengidentifikasi tersangka utamanya atau provokator, kemudian dari situlah akan
mengakar ke tersangka yang lain.
D.
Unit Analisis
Yang
dimaksud unit analisis adalah subjek yang mendukung dalam proses penelitian.
Terkadang banyak sekali orang yang tidak mengerti perbedaan antara objek dan
subjek penelitian. Misalnya kita akan meneliti tentang gaji pemain sepak bola
termahal di dunia tentunya subjek yang dilihat adalah pemain bolanya, dan
nominal gajinya tersebut yang menjadi objek penelitian.
2.
Instrumen Penelitian
Dalam kegiatan penelitian kita
sebagai peneliti yaitu melakukan pengukuran terhadap bahan yang akan diteliti.
Alat ukur dalam penelitian tersebutlah uanh biasanya dinamakan instrumen
penelitian (Sugiyono, 2012:148). Ibnu Hadjar (dalam Hartanto, 2013:1)
menambahkan bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.
Iskandar (dalam Hartanto, 2013:2)
mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu: (1) mengidentifikasikan
variabel-variabel yang diteliti. Misalnya kita akan meneliti sebuah sekolah
dasar, kita hendaknya harus melihat unit-unit apa saja yang terdapat dan
mendukung sekolah tersebut, semisal guru, siswa, warga sekolah dan lain
sebagainya. (2) menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi. Misalnya jika kita
meneliti karakteristik guru, tentunya kita harus membaginya masing-masing guru yang berada di dalam
sekolah tersebut. Semisal guru A mengajar pelajaran Matematika atau Bahasa
Indonesia. (3) mencari indikator dari setiap dimensi. Maksudnya ketika kita
sudah membagi guru-guru tersebut, kemudian kita memberi indikator penilaian
yang detail sesuai yang akan kita teliti. (4) mendeskripsikan kisi-kisi
instrumen. Maksudnya dari indikator penilaian tersebut kita jabarkan lagi
menjadi kisi-kisi dalam proses penilaian. (5) merumuskan item-item pertanyaan
atau pernyataan instrumen. Maksudnya setelah kita sudah menulis indikator
penilaian kemudian kita menyusun pertanyaan yang akan kita ajukan kepada
masing-masing guru.
Pada dasarnya penyusunan instrumen penelitian adalah menyusun alat evaluasi
dari sebuah data yang diteliti, dan hasil yang diperoleh dapat diukur dengan
menggunakan standar yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Dalam hal
ini terdapat dua macam alat evaluasi yang dapat dikembangkan menjadi instrumen
penelitian, yaitu tes dan non-tes. Arikunto (2010:193) memaparkan terdapat enam
tes, sebagai berikut:
1. Tes
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang
dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan
dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes
yang terdiri atas butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis
variabel yang diukur. Arifin (2012:226) menambahkan tes adalah suatu teknik
pengukuran yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden.
Sebuah tes dilaksanakan berdasarkan tujuan masing-masing peneliti. Sehingga
berdasarkan hal tersebut, Arikunto (2012:193-194) membagi tes sendiri menjadi
tujuh, yaitu: (1) tes kepribadian atau personality test, digunakan untuk
mengungkap kepribadian seseorang yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas,
disiplin, kemampuan, bakat khusus, dan sebagainya. (2) tes bakat atau aptitude
test, tes ini digunakan untuk mengetahui bakat seseorang, (3) tes
inteligensi atau intelligence test, dilakukan untuk memperkirakan
tingkat intelektual seseorang,
(4) tes sikap atau attitude test,
digunakan untuk mengukur berbagai sikap orang dalam menghadapi suatu kondisi,
(5) tes minat atau measures of interest, ditujukan untuk menggali minat
seseorang terhadap sesuatu, (6) tes prestasi atau achievement test, digunakan
untuk mengetahui pencapaian seseorang setelah ia mempelajari sesuatu.
Bentuk tes dapat dipergunakan salah satunya dalam mengevaluasi kemampuan
hasil belajar siswa di sekolah dasar, tentu dengan memperhatikan aspek aspek mendasar
seperti kemampuan dalam pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimiliki baik
setelah menyelesaikan salah satu materi tertentu atau seluruh materi yang telah
disampaikan.
2. Angket atau Kuesioner
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara menyodorkan
pertanyaan-pertanyaan tertulis dari responden. Arifin (2012:228) mengatakan
bahwa angket adalah instrumen penelitian yang berisi pertanyaan atau pernyataan
untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab responden secara bebas
sesuai dengan pendapatnya.
Sejalan dengan pernyataan diatas, Arikunto (2010:194) menambahkan bahwa angket
atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui. Arikunto (2010:195) juga membagi jenis-jenis kuesioner
menurut sudut pandangnya masing-masing,yaitu: Pertama, dipandang dari cara
menjawab: (1) kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya
sendiri, bentuknya sama dengan kuesioner isian. (2) kuesioner tertutup,
responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya sama dengan kuesioner
pilihan ganda
Yang kedua, dipandang dari Jawaban yang diberikan: (1) kuesioner langsung,
responden menjawab pertanyaan seputar dirinya. (2) kuesioner tidak langsung,
responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan orang lain.
Dan yang ketiga, dipandang dari bentuknya: (1) kuesioner pilihan ganda,
sama dengan kuesioner tertutup. (2) kuesioner isian atau kuesioner terbuka (3)
check list, sebuah daftar, di mana responden tinggal membubuhkan tanda Check (√) pada kolom yang sesuai. (4) skala
bertingkat, sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan
tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak
setuju.
Dalam setiap pengadaan angket perlunya kita untuk memerhatikan pertanyaan,
maupun pernyataan yang memungkinkan untuk menyinggung responden. Arifin
(2012:229-230) menyatakan terdapat hal-hal yang harus diperhatikan saat
menyusun dan menyebarkan angket, yaitu: (1) setiap pertanyaan harus menggunakan
bahasa yang baik dan benar, jelas, singkat, tepat, dan mudah dimengerti oleh
responden. Seperti minghindarkanpertanyaan yang ambigu, dan kata tambahan,
seperti “biasanya”, atau “sering kali” hendaknya dihindari.
(2) jangan membuat pertanyaan yang mengarahkan pada jawaban. Misalnya,
“kamu tidak menganggao ia anak cerdas, bukan?”. (3) jangan menggunakan dua kata
sangkal dalam satu kalimat pertanyaan. Misalnya, “apakah kamu tidak senang
untuk tidak membaca buku pelajaran?”. (4) hindari pertanyaan berlaras dua,
seperti: “apakah kamu senang belajar membaca dan menghitung?”.
(5) buatlah pertanyaan yang tepat sasaran. Misalnya, “apakah kamu spunya
komputer dirumah?”. Jika ya, apakah kamu senang belajar komputer dirumah?”. (6)
jika terdapat angket yang tidak diisi, maka peneliti harus membagikan lagi
angket itu kepada responden yang lain sebanyak yamh tidak menjawab. (7) dalam
menyebarkan angket, hendaknya dilampirkan surat pengantar angket. (8) hendaknya
jawaban tidak terlalu banyak dan tidak pula terlalu sedikit.
3.
Interviu
Kegiatan interviu juga sering disebut dengan kuesioner namun berupa
wawancara yaitu suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer)
untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). Interviu ini
digunakan untuk meniliti keadaan seseorang. Dalam dunia pendidikan kegiatan
seperti ini biasanya dilakukan ketika guru menanyai satu persatu muridnya. Hal
yang dipertanyakan pun beragam, mulai dari nama, alamat tempat tinggal, tempat
lahir, dan yang terakhir cita-citanya.
Kegiatan interviu sendiri juga dilakukan dalam proses seleksi tenaga kerja
di beberapa perusahaan. Hal ini juga berfungsi untuk melihat gerak-gerik tubuh
serta ucapannya saat proses tes berlangsung, apakah sudah siap atau tidak. Arifin
(2012:233-234) mengatakan terdapat tiga bentuk pertanyaan saat proses interviu
penelitian berlangsung, yaitu: (1) bentuk pertanyaan berstruktur, artinya
pertanyaan yang menuntut jawaban agar sesuai dengan apayang terkandung dalam
pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini biasanya digunakan jika masalahnya
tidak terlalu kompleks dam jawabannya sudah kongket.
(2) bentuk pertanyaan tidak terstruktur, artinya pertanyaan yang bersifat
terbuka di mana responden secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Jenis
interviu utamanya digunakan untuk mengungkap perasaan, pikiran, dan
alasan-alasan tingkah lakunya. (3) bentuk pertanyaancampuran, artinya
pertanyaan yang menuntut jawaban campuran, ada yang berstruktur ada pula yang
bebas atau tidak berstruktur.
4.
Observasi
Observasi dalam sebuah
penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Jadi observasi merupakan
pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran,
perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen yang
digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner,
rekaman gambar, dan rekaman suara.
Arikunto (2010:200) menambahkan observasi
sendiri terbagi menjadi dua cara,yaitu: (1) Observasi non-sistematis, yang
dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan,
sedangkan (2) Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Sistem tanda (sign system) yang dimaksud disini adalah
bagaimana obsevator (pengamat) memberikan tanda pada kolom tempat peristiwa
yang sedang berlangsung, sistem tanda digunakan sebagai instrumen situasi
pengajaran sebagai sebuah potret sesuai pengajaran sebagai sebuah potret
selintas (snapshot).
Misalnya ketika seorang guru
sedang menerangkan, guru menulis dipapan tulis, guru bertanya kepada kelompok,
guru bertanya pada seorang anak, guru menjawab, murid berteriak, murid bertanya
dan sebagainya. Nah, pada situasi seperti ini guru dapat mengecek kelas mana
yang paling aktif pada saat pengajaran.
5. Skala Bertingkat atau Rating Scale
Bentuk instrumen dengan skala bertingkat lebih memudahkan peneliti untuk mengetahui
pendapat responden lebih mendalam tentang variabel yang diteliti. Rating atau skala
bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Yang harus
diperhatikan dalam pembuatan rating scale adalah kehati-hatian dalam membuat
skala, agar pernyataan yang diskalakan mudah diinterpretasi dan responden dapat
memberikan jawaban secara jujur.
Untuk mengantisipasi ketidakjujuran jawaban dari responden, maka perlu
diwaspadai beberapa hal yang mempengaruhinya. Menurut Bergman dan Siegel dalam Arikunto (2010:201) faktor yang
berpengaruh terhadap ketidakjujuran jawaban responden adalah (a) persahabatan, (b)
kecepatan menerka, (c) cepat memutuskan, (d) jawaban kesan pertama, (e)
penampilan instrumen, (f) prasangka, (g) halo effects, (h) kesalahan
pengambilan rata-rata, dan (i) kemurahan hati.
6. Dokumentasi
Merupakan bentuk tertulis dapat berupa surat, majalah, buku, notulen rapat
dan lain sebagainya yang digunakan sebagai bukti secara sah bahwa memang sudah
dilakukan proses pendokumentasian. Menurut Arikunto (2010:201) dokumentasi sendiri
terbagi menjadi dua macam yaitu (1) pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis
besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan (2) check-list yang memuat
daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.
Dalam hal ini peneliti dimudahkan dengan cara memberikan tanda setiap
memunculkan gejala yang dimaksud. Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini
terletak pada intensitas gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti
cukup menuliskan tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check-list, peneliti memberikan tanda
pada setiap pemunculan gejala.
Instrumen dokumentasi dikembangkan untuk penelitian dengan menggunakan pendekatan
analisis isi. Selain itu digunakan juga dalam penelitian untuk mencari
bukti-bukti sejarah, landasan hukum, dan
peraturan-peraturan yang pernah berlaku.
- Penutup
Dalam hal penelitian tentunya kita ditemukan banyak sekali
ketentuan-ketentuan yang melekat, agar saat proses perencanaan, penyusunan,
sampai finalisasi sebuah penelitian memberikan dampak yang positif bagi
pembacanya. Sumber data dan instrumen penelitian merupakan dua unsur yang
mendukung kita saat ingin meniliti sebuah objek. Di mana sumber data disini
kita diarahkan bagaimana kita dapat memilih dan memilah objek dan subjek apa
yang kita teliti. Selain sumber data penyusunan instrumen penelitian juga
mendukung bagaimana kita mengimplementasikan sebuah penelitian.
Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. 2012. Penelitian pendidikan “Metode dan Paradigma
Baru”. Bandung. Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi.
2010. Prosedur Penelitian “Suatu
Pendekatan Praktik”. Jakarta. Rineka Cipta
Hartanto. 2013. “Instrumen
Penelitian”. [online]. diakses
tanggal 15 September 2014. http://www.hartanto104.files.wordpress.com
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta
Zuriah, Nurul.
2006. Metodologi Penelitian “Sosial dan
Pendidikan”. Jakarta. Bumi Aksara.