Jumat, 01 Mei 2015

SINOPSIS NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI
TERBIT PERTAMA TAHUN 1998, EDISI REVISI 2002.



Pak Tarya
Mas Kabul
Pak Basar
Mak Sumeh
Wati
Tante Ana
Dalkijo
Pak Baldun
Wiyoso (Yos)
Aminah
Biyung
Sawin
Sonah
Martasatang
Kang acep
Bejo
Sonah dan Sri
Buyung

Kisah ini berawal saat Pak Tarya menunggu air yang tak kunjung surut di sungai Cibawor. Dia adalah seorang mantan pegawai negeri sipil setempat. Selepas dia pension, hari-harinya diisikan dengan mancing atau memainkan serulingnya. Pada hari tersebut datang seorang pria yang bekerja sebagai pegawai pembangun proyek-proyek yang diadakan oleh pemerintah. Dia datang ke sungai tersebut untuk melihat keadaan sungai saat tersebut. Dia ditunjuk untuk membangun jembatan yang memutuskan kedua desa. Dahulu kala pernah dibangun sebuah jembatan, tetapi pada zaman penjajahan jembatan tersebut diledakkan oleh pemuda sekitar untuk mencegah penjajah tak bisa masuk ke desa tersebut. Namun, sayangnya ayah dari pak Tarya menjadi korban akibat mencoba untuk menasihati para pemuda tersebut dan mengiranya dia sekongkol dengan para penjajah. Mas Kabul sendiri memiliki teman di desa tersebut yang bernama pak Basar, yaitu seorang kepala desa tersebut. Pak Basar sendiri adalah kader dari partai penguasa pada saat itu, GLM.

Dalam penggarapan proyeknya Mas Kabul diliputi permasalahan yang rumit. Penanggungjawab pembangunan jembatan tersebut sekaligus atasan dari Mas Kabul, Pak Dalkijo. Beliau yang seharusnya ikut serta dalam pembangunan proyek dengan mutu yang bagus malah berulah sebaliknya. Ia menyuruh Mas Kabul untuk menggunakan besi bekas sebagai landasan atau lantai dari jembatan yang pembuatannya tersebut dikebut agar dapat diresmikan di ulang tahun partai GLM. Dan akhirnya Mas Kabul pun mengundurkan diri karena dinilai taka da harganya gelar sarjananya jika menuruti permintaan Pak Dalkijo beserta kader partai GLM. Begitu juga dengan Pak Basar, ia menjadi pelindung dari Pak Baldun yang ingin meminta sumbangan dana untuk pembangunan masjid yang di gadang-gadang juga akan diresmikan dan dijadikan tempat shalat jumat ketua umum partai GLM. Namun, oleh Mas Kabul terpaksa dikasih bahan seadanya karena jembatan sendiri belum selesai pembangunannya.


Di saat gejolaknya membara pada perjalanan ceritanya, sosok wati berperan sebagai tokoh utama kedua setelah Mas Kabul. Kisah cintanya harus berlika-liku untuk menghadapi keacuhan dari Mas Kabul. Sedikit digiring dari luar cerita utamanya pun ada, yaitu kisah Tante Ana dengan Bejo, kemudian Sawin dengan Sonah, dan terakhir adalah Wiyoso, mantan pacar Wati ini pun akhirnya mendekati Aminah adik Mas Kabul. Dan akhir dari cerita novel ini adalah rusaknya jembatan tersebut yang umurnya kurang dari setahun.

Kamis, 22 Januari 2015

VULGAR

Maaf jika judul yang aku bawa terlalu vulgar
Maaf jika kata-kataku ini sudah terangkai
Maaf jika sastraku membuatmu risau
Maaf jika ini membuatmu erotis
Maaf jika ini membuat para suami berbondong-bondong mencari sekar segar yang dijajakan
Maaf jika ini membuat para istri sibuk mencari pesta berondong di kafe-kafe nakal
Maaf jika ini membuat ayah kalian menelanjangi kalian
Maaf jika ini membuat hubungan kakak dan adik seolah legal untuk berbuat intim
Maaf jika ini membuat kalian ingin bercinta di bawah kaki sunyi
Maaf jika ini membuat kalian ingin bergoyang di dalam mobil
Maaf jika ini membuat para penginapan semakin gerah
Maaf jika ini membuat rumah kalian banyak berserakan kondom
Maaf jika ini membuat kalian ingin onani
Maaf jika ini membuat kalian ingin masturbasi
Maaf jika ini membuat kalian mengenal doggy style
Maaf jika ini membuat kalian mengenal oral dan anal
Maaf jika ini membuat kalian mempertontonkan ciuman kalian di dunia maya
Maaf jika ini membuat kalian mengabadikan momen intim kalian
Maaf jika ini membuat sperma kalian berlalu lalang di jalanan
Maaf jika ini membuat kalian ingin mengenal klimaks
Maaf jika ini membuahkan seorang bayi di dalam sumur
Maaf jika ini membuahkan seorang bayi di dalam tanah
Maafkan aku, beribu maaf yang harus aku lontarkan..

TAPI MAAF!!! INI YANG TERJADI!


Mojokerto, 23 Januari 2015

Rabu, 24 September 2014

Turun-temurun


Sampailah aku tepat dipelataran rumah bibiku, dengan joglonya kami dipangku menuju singgasana peristirahatan. Ku sandarkan pula punggungku pada dinding-dinding kayu khas rumah desa. Rumah bibiku ini kira-kira 20 KM dari seberang keramaian, jauh menjorok ke kaki gunung. Rumput dan ilalang berlomba-lomba untuk saling menghimpit rumah bibi. Yah, aku senang sekali jika acap kali liburan kesini, memang sih rumah bibi tidak begitu mewah. Namun disini lah aku menemukan keasrian hidup.
Walaupun rumah kuno, rumah bibiku ini masih sangat terawat. Tongkat-tongkat raksasa masih kukuh menopang langit-langit rumah ini. Pagar kayunya pun masih dengan setia melingkar memutari rumah bibi dengan tampilan yang bagus. Belum lagi ketika kita masuk ke dalam rumahnya nampak banyak sekali lukisan, pahatan-pahatan kayu dan batu yang sengaja dibuat oleh paman. Sartini, nama bibiku. Kasmin, nama pamanku. Mereka tinggal selama 15 tahunan di rumah sederhana ini.
Bibiku dikenal santun di desa ini, ramah kepada tetangga-tetangga sekitar. Begitu pula dengan pamanku. Beliau tampak berwibawa dan taat beribadah. Acap kali waktu sembayang tiba, beliau bergegas berlari menuju langgar untuk menyerukan suara adzan. Lengkap dengan kemeja, sarung dann peci melesak menutupi rambut-rambut berubannya tersebut.
Sore ini aku berencana jalan-jalan mengitari desa ini, dengan Maripah. Anak bibi.
Mar, ayok ajak aku jalan-jalan dong? Keliling desa kamu ini.”pintaku.
Heem, iyah Sar. Cepat sampean mandi terus segera kita jalan-jalan.”jawabnya.
Iyah Mar.”jawabku bersemangat.
Tak berapa lama kami pun beranjak pergi. Hawa segar masih kental sekali di desa ini. Kesejukkan nampak tak mau beranjak memeluk kampung yang asri ini. Apalagi kalau musim hujan tiba, aku pasti merasakan sepeti tinggal di kutub utara. Kalau malam, tokek dan katak pun bersaut-sautan menyanyikan lagu dalam bahasanya masing-masing. Namun, yang tak kusuka dari desa ini adalah para pemudanya. Mereka lebih senang duduk menganggur, bermain kartu dengan kumpulan uang mulai dari uang yang bersorban sampai yang memakai peci tergolek melayani nafsu duniawi para pemuda desa ini. Memang terkenal malas-malas pemuda-pemuda desa ini.
Pernah seketika ku berjalan sendirian, kalau tidak salah sih sekitar pukul 10 pagi. Waktu aku melintasi ladang yang amat sepi sekali, aku memergoki dua pemuda desa yang sedang menggauli seorang gadis. Gadis tersebut seumuran SMA, nampak wajah pucat dan pasrah yang timbul dari gadis itu. Sedang dua pemuda itu dengan asyiknya menikmati setiap lekuk tubuh gadis malang tersebut. Sampai nafsu mereka terpenuhi barulah mereka menggeletakkan gadis itu dengan seenaknya. Untung saja pada waktu itu aku bersembunyi pada saat yang tepat. Tubuhku yang kecil memudahkan aku untuk merunduk dibalik ilalang-ilalang yang tak jauh dari kedua pemuda tersebut. Kalau tidak, bisa-bisa aku juga menjadi korban selanjutnya. Makannya kali ini aku mengajak Maripah untuk menemaniku jalan-jalan.
Tiap langkah kaki berjalan, ku selalu berpapasan dengan gadis atau pun ibu-ibu desa sini membawa kendil yang ditopangkannya di atas kepala mereka masing-masing. Entah aku tak bisa membayangkan bagaimana beratnya membawa air-air itu. Gadis yang seharusnya seumuran mereka bisa bermain , kali ini harus membantu ibunya di rumah. Bukan saja pada berat air tersebut, tapi juga jalanan yang sangat jauh rela mereka tempuh demi mendapatkan segelintir air.
Setengah jam kami lalui, kami hendak balik menuju rumah. Tiba-tiba kami terkejut. Terlihat orang-orang pada berkerumunan disebuah rumah. dan mobil-mobil aparat berjejeran. Kami pun berlari-lari ingin tahu.
Ada apa? Ada apa pak buk?”tanyaku.
Ada penggerebekkan judi nduk, banyak sekali yang kena ringkus!”tindasnya.
Tak selang berapa lama, aku dan maripah nampak terkejut. Kasmin juga diseret menuju mobil aparat negara. Aku menoleh ke wajah maripah, dia tampah sedih, murung, dan tampak topeng kemarahan tak bisa terelakkan dari wajahnya. Ia tak menyangka. Ayahnya yang ia kenal selama ini dengan kepribadian baik juga ikut dalam permainan haram ini. Dengan meneteskan banyak sekali air mati, aku dan maripah pulang. Dengan raut dan perasaan hancur. Pemuda dan tetua yang sama. Pemalas desa.

PARADIGMA MENENTUKAN SUMBER DATA, DAN MENYUSUN INSTRUMEN PENELITIAN

A.  Pendahuluan

Dalam lingkungan akademik terkhusus perguruan tinggi, tentu saja kita tidak asing dengan istilah penelitian, karya tulis ilmiah, skripsi dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut bersifat formal maupun non-formal tergantung dengan kondisi maupun ketentuan yang diberlakukan saat merancang kegiatan tersebut. (Zuriah, 2006:1) menjelaskan bahwa penilitian dirancang dan diarahkan guna memecahkan suatu masalah atau Problem Statement tertentu. Pemecahannya dapat berupa jawaban atas suatu masalah, atau untuk melihat hubungan antara dua atau  lebih variabel yang menjadi fokus suatu penelitian.  
Kegiatan penelitian adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi, dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis, dan menempuh langkah-langkah tertentu. Dalam penelitian di bidang apapun pada umumnya langkah-langkah itu mempunyai kesamaan, walaupun dalam beberapa hal sering terjadi pelaksanaanya dimodifikasi oleh peneliti yang bersangkutan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Makalah  ini berisi tentang bagaimana  menyajikan macam-macam dari sumber data dan  menyusun  instrumen penelitian.
Dengan selesainya makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca dapat menambah kemampuan untuk (1) dapat mengerti macam-macam sumber data (2) menjelaskan berbagai instrumen penelitian yang dapat digunakan dalam kegiatan penelitian (2) menentukan  instrumen penelitian yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang akan dilakukan, (3) menyusun  instrumen penelitian yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian.


1.      Pengertian Sumber Data
Merupakan rujukan data yang ingin dikaji atau diteliti. Arikunto (2010:172) menambahkan sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
Arikunto (2010:172) juga menjelaskan terdapat tiga istilah untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data, yaitu: (1) person: sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket, maksudnya dalam proses untuk pemerolehan sumber data peneliti dapat menggunakan teknik wawancara kepada informan atau dapat berupa angket (tertulis). (2) place: sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam (ruangan, wujud benda, warna dll) dan bergerak (gerak tari, sajian sinetron, kegiatan belajar mengajar dsb), maksudnya saat keadaan diam ketika kita akan meneliti sebuah bangunan kuno, kita harus meneliti warna saat bangunan itu pertama kali ditemukan.
Kemudian yang bergerak adalah saat kita akan meneliti sebuah seni tari atau pun yang lainnya di suatu daerah tertentu. Tentunya faktor sejarah juga patut untuk diperhitungkan dalam istilah ini. (3) paper: sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Dengan pengertian tersebut “paper” tidak hanya diartikan sebagai sebuah kertas saja, melainkan dapat berwujud juga seperti batu, kayu, tulang dsb. Istilah ini biasanya dipergunakan dalam penelitian benda-benda kuno, saat kita meneliti tulisan atau simbol-simbol yang melekat bangunan kuno di mana perwujudan dari suatu tulisan tersebut menjadi bukti utama atau otentik.

A.    Populasi
Dalam menetukan sumber data, tentunya kita juga tidak bisa terlepas dari objek kajian. Populasi sendiri menurut penulis adalah jumlah benda atau pun makhluk hidup yang sedang diteliti yang memiliki kesamaan ciri atau pun karakteristiknya. Menurut Arikunto (2010:173) bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Arifin (2012:215) juga mengatakan  bahwa populasi  atau universe adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai, maupun hal-hal yang terjadi.
Sedangkan Sugiyono (2012:117) menyimpulkan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya pada orang tetapi juga benda-benda disekitar kita maupun di alam. Populasi juga bukan sekedar berapa jumlah objek/subjek yang akan diteliti, namun faktor sifat (karakteristik) juga perlu kita perhatikan.
Jadi ketika kita ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiaannya merupakan penelitian populasi. Contoh dalam populasi ini adalah ketika kita ingin meneliti populasi yang terdapat dalam Universitas Brawijaya. Kita tentunya tidak hanya melihat dan mendata jumlah subjek ataupun objek yang terdapat dalam universitas tersebut, melainkan kita juga harus melihat sifat/karateristik yang terdapat dalam universitas tersebut. Semisal visi misi setiap fakultasnya, sarana dan prasarana di setiap fakultasnya, kedisiplinan setiap pegawainya dan lain sebagainya.

B.     Sampel
Dalam penelitian juga tentunya kita harus melihat waktu, tenaga, dana, luas wilayah, risiko penelitian dsb. Maka kemungkinan sampel juga dapat dipergunakan dalam proses penelitian. Sampel sendiri adalah cuilan dari populasi yang ingin kita teliti. Arikunto (2010:174) mengatakan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Arifin (2012:215) juga berpendapat bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini (miniatur population).
Sugiyono (2012:118) menambahkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak memungkinkan mempelajari semua yang terdapat dalam populasi. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Maksudnya adalah kegiatan sampel digunakan untuk memperoleh suatu gagasan atau simpulan secara umum.
Menurut Arikunto (2012:176) terdapat beberapa keuntungan dari sistem sampel ini sebagai berikut: (1) subjek/objek yang diteliti lebih sedikit sehingga unsur kerepotan akan jauh lebih berkurang. (2) Jika populasi terlalu besar dalam pengimplementasi kegiatan populasi, maka ditakutkan ada yang terlewatkan. (3) Lebih efisien (uang, waktu, dan tenaga). Dalam kegiatan sampel ini, terdapat cara-cara atau pun variasi yang tergantung dari kegunaan kita untuk meneliti sesuatu. Berikut cara-cara pengambilan sampel penelitian menurut Arikunto (2010:176):
 (1) sampel acak (sampling random), sampel campur: merupakan teknik sampel yang dilakukan secara acak, ataupun mencampur objek yang akan diteliti. Dalam hal ini tentu saja peneliti harus menentukan kuota yang ingin dicapai saat proses berlangsung. Dalam cara seperti ini pun peneliti juga harus menyiapkan berbagai pertimbangan seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, asal daerah, agama, usia dan lain-lain agar keakuratannya pun cukup baik.
(2) sampel berstrata(stratified sample): dalam sampel ini peneliti hendaknya tahu objek yang ingin dikaji seperti apa. Arifin (2012:220) juga menambahkan (stratified sampling) adalah suatu cara pengambilan sampel dari populasi yang menunjukkan yang menunjukkan adanya strata/tingkat/kelas. Misalnya kita ingin mengkaji kehadiran semua anggota TNI AD hendaknya kita juga mengetahui posisi jabatan yang berlaku ditempat itu. Mulai dari jabatan terendah sampai jabatan tertinggi. Sampel berstrata ini digunakan untuk menanggulangi perbedaan karakteristik antar strata-strata yang ada.
(3) sampel wilayah (area probability sample): dalam sampel kali ini sebenarnya sama dengan sampel berstrata, tetapi sampel ini lebih digunakan apabila kita ingin meneliti antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Arifin (2012:222) menambahkan (area sampling) adalah cara pengambilan sampel berdasarkan area atau daerah penyelidikkan. Misalnya ketika kita ingin meneliti di provinsi Sulawesi. Pertama, kita menentukan kabupaten/kota yang akan di sampel. Kedua, setelah memilih kabupaten/kota kita membaginya lagi ke dalam skala yang lebih kecil yaitu kecamatan. Ketiga,  setelah kita menentukan kecamatannya lalu langkah yang terakhir kita mentukan desa di Sulawesi yang akan kita teliti.
(4) sampel proporsi (proportional sample): sampel ini lebih untuk menyempurnakan kedua sampel diatas, dalam sampel ini lebih menekankan pada jumlah orang yang akan disampel pada strata dan wilayah. Jadi antara strata atau wilayah satu dengan yang lain harus sama. Semisal kita akan meneliti penduduk yang memiliki mobil dalam satu kecamatan, desa 1 terdapat 20 orang, desa 2 terdapat 40 orang, desa 3 terdapat 50 orang dan desa 4 terdapat 70 orang. Maka setiap desanya kita dapat menyampel lima atau sepuluh orang dalam sampel proporsi.
(5) sampel bertujuan (purposive sample): dalam sampel ini peneliti sudah tidak lagi menggunakan sampel random, strata, atau pun wilayah, tetapi lebih pada dengan tujuan apa yang ingin dicapai peneliti dengan cara melihat karakteristik, sifat, ciri-ciri, dalam perencanaan sebelum sampel dilakukan. Arifin (2012:221) menambahkan (purposive sampling) adalah cara pengambilan sampel yang berdasarkan pada pertimbangan dan atau tujuan tertentu, serta berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang sudah kita ketahui sebelumnya. Semua penelitian memang memiliki tujuan, namun yang dimaksud dalam hal ini adalah tujuan khusus terhadap penelitian tersebut.
Semisal kita ingin meneliti sikap guru terhadap kurikulum 2013, tentunya kita juga menentukan standar guru yang akan kita teliti. Tujuannya agar kita mengetahui tujuan guru dalam mengembangkan potensi siswa dan lain sebagainya.
(6) sampel kuota (Quota Sample): teknik sampel ini juga tidak terfokus pada strata atau daerah yang ingin disampel, tetapi dalam kali ini adalah bagaimana jumlah populasi yang ingin disampel sudah mencukupi kuota yang ingin dicapai. Arifin (2012:221) menambahkan bahwa (quota sampling) adalah cara pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah anggota sampel secara quotum (jatah). Adapun dasar penentuan jatah tersebut dapat berupa alasan status sosial, geografis, kepegawaian, dan lain sebagainya.
Semisal ketika kita ingin mengambil sampel mahasiswa di sebuah universitas yang memakai kendaraan bermotor, terlebih dahulu kita memberi kuota yang ingin kita penuhi berapa, barulah kita menentukan karakteristik dalam pengambilan sampel tersebut.
(7) sampel kelompok (cluster sample): dalam teknik sampel kali ini hampir sama dengan strata yaitu mengenai kelompok dari populasi yang ingin sampel. Arifin (2012:222) menambahkan (cluster sampling) adalah caa pengambilan sampel berdasarkan sekelompok individu dan tidak diambil secara individu atau perseorangan.
Misalnya kita mengambil contoh upah kerja PNS, kita mengetahui banyak sekali golongan maupun tingkatan dalam PNS tersebut. Nah, dari situlah kita mengambil beberapa kelompok semisal dari kelompok kelurahan X untuk proses pengambilan sampel, sehingga kita tak perlu repot-repot untuk mengambil banyak sampel PNS mengenai upah kerja mereka.
 (8) sampel kembar (double sample): dua buah sempel yang sengaja diambil peneliti untuk lebih memastikan dan mengecek perbedaan antara sampel pertama dengan kedua. Arifin (2012:223) menambahkan (sampel insidental) adalah menentukkan anggota sampel secara kebetulan, atau dengan jalan mengambil sampel yang berada pada tempat dan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya, baik yang dilakukan secara random, purposif, atau secara insidental pula.
Semisal kitaakan mengambil jumlah penduduk pada suatu desa tertentu, sebelumnya kita pernah melakukannya pada desa tersebut, yang kita lakukan hanya menyampel jumlah penduduk pada saat sekarang. Karena tentunya ada sedikit perbedaan antara sampel yang sekarang dengan sampel yang terdahulu, namun tidak terlalu condong.


C.    Penelitian Kasus
Penelitian seperti ini digunakan ketika terdapat sebuah kasus dalam suatu daerah maupun kelompok dan sebagainya yang memerlukan untuk diteliti. Arikunto (`2010:185) menambahkan penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif dan terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu.
Dalam Sugiyono (2012:125) istilah ini juga dikenal dengan nama (snowball sampling) yaitu teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Contoh ketika memeriksa tersangka tawuran, tentunya terlebih dahulu kita akan mengidentifikasi tersangka utamanya atau provokator, kemudian dari situlah akan mengakar ke tersangka yang lain.

D.    Unit Analisis
Yang dimaksud unit analisis adalah subjek yang mendukung dalam proses penelitian. Terkadang banyak sekali orang yang tidak mengerti perbedaan antara objek dan subjek penelitian. Misalnya kita akan meneliti tentang gaji pemain sepak bola termahal di dunia tentunya subjek yang dilihat adalah pemain bolanya, dan nominal gajinya tersebut yang menjadi objek penelitian.

2.      Instrumen Penelitian
Dalam kegiatan penelitian kita sebagai peneliti yaitu melakukan pengukuran terhadap bahan yang akan diteliti. Alat ukur dalam penelitian tersebutlah uanh biasanya dinamakan instrumen penelitian (Sugiyono, 2012:148). Ibnu Hadjar (dalam Hartanto, 2013:1) menambahkan bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.
Iskandar (dalam Hartanto, 2013:2) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu: (1) mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti. Misalnya kita akan meneliti sebuah sekolah dasar, kita hendaknya harus melihat unit-unit apa saja yang terdapat dan mendukung sekolah tersebut, semisal guru, siswa, warga sekolah dan lain sebagainya. (2) menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi. Misalnya jika kita meneliti karakteristik guru, tentunya kita harus membaginya  masing-masing guru yang berada di dalam sekolah tersebut. Semisal guru A mengajar pelajaran Matematika atau Bahasa Indonesia. (3) mencari indikator dari setiap dimensi. Maksudnya ketika kita sudah membagi guru-guru tersebut, kemudian kita memberi indikator penilaian yang detail sesuai yang akan kita teliti. (4) mendeskripsikan kisi-kisi instrumen. Maksudnya dari indikator penilaian tersebut kita jabarkan lagi menjadi kisi-kisi dalam proses penilaian. (5) merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen. Maksudnya setelah kita sudah menulis indikator penilaian kemudian kita menyusun pertanyaan yang akan kita ajukan kepada masing-masing guru.
Pada dasarnya penyusunan instrumen penelitian adalah menyusun alat evaluasi dari sebuah data yang diteliti, dan hasil yang diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Dalam hal ini terdapat dua macam alat evaluasi yang dapat dikembangkan menjadi instrumen penelitian, yaitu tes dan non-tes. Arikunto (2010:193) memaparkan terdapat enam tes, sebagai berikut:
1. Tes
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri atas butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur. Arifin (2012:226) menambahkan tes adalah suatu teknik pengukuran yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden.
Sebuah tes dilaksanakan berdasarkan tujuan masing-masing peneliti. Sehingga berdasarkan hal tersebut, Arikunto (2012:193-194) membagi tes sendiri menjadi tujuh, yaitu: (1) tes kepribadian atau personality test, digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas, disiplin, kemampuan, bakat khusus, dan sebagainya. (2) tes bakat atau aptitude test, tes ini digunakan untuk mengetahui bakat seseorang, (3) tes inteligensi atau intelligence test, dilakukan untuk memperkirakan tingkat intelektual seseorang,
 (4) tes sikap atau attitude test, digunakan untuk mengukur berbagai sikap orang dalam menghadapi suatu kondisi, (5) tes minat atau measures of interest, ditujukan untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu, (6) tes prestasi atau achievement test, digunakan untuk mengetahui pencapaian seseorang setelah ia mempelajari sesuatu.
Bentuk tes dapat dipergunakan salah satunya dalam mengevaluasi kemampuan hasil belajar siswa di sekolah dasar, tentu dengan memperhatikan aspek aspek mendasar seperti kemampuan dalam pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimiliki baik setelah menyelesaikan salah satu materi tertentu atau seluruh materi yang telah disampaikan.

2. Angket atau Kuesioner
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara menyodorkan pertanyaan-pertanyaan tertulis dari responden. Arifin (2012:228) mengatakan bahwa angket adalah instrumen penelitian yang berisi pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya.
Sejalan dengan pernyataan diatas, Arikunto (2010:194) menambahkan bahwa angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Arikunto (2010:195) juga membagi jenis-jenis kuesioner menurut sudut pandangnya masing-masing,yaitu: Pertama, dipandang dari cara menjawab: (1) kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya sendiri, bentuknya sama dengan kuesioner isian. (2) kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda
Yang kedua, dipandang dari Jawaban yang diberikan: (1) kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya. (2) kuesioner tidak langsung, responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan orang lain.
Dan yang ketiga, dipandang dari bentuknya: (1) kuesioner pilihan ganda, sama dengan kuesioner tertutup. (2) kuesioner isian atau kuesioner terbuka (3) check list, sebuah daftar, di mana responden tinggal membubuhkan tanda Check (√) pada kolom yang sesuai. (4) skala bertingkat, sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.
Dalam setiap pengadaan angket perlunya kita untuk memerhatikan pertanyaan, maupun pernyataan yang memungkinkan untuk menyinggung responden. Arifin (2012:229-230) menyatakan terdapat hal-hal yang harus diperhatikan saat menyusun dan menyebarkan angket, yaitu: (1) setiap pertanyaan harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, jelas, singkat, tepat, dan mudah dimengerti oleh responden. Seperti minghindarkanpertanyaan yang ambigu, dan kata tambahan, seperti “biasanya”, atau “sering kali” hendaknya dihindari.
(2) jangan membuat pertanyaan yang mengarahkan pada jawaban. Misalnya, “kamu tidak menganggao ia anak cerdas, bukan?”. (3) jangan menggunakan dua kata sangkal dalam satu kalimat pertanyaan. Misalnya, “apakah kamu tidak senang untuk tidak membaca buku pelajaran?”. (4) hindari pertanyaan berlaras dua, seperti: “apakah kamu senang belajar membaca dan menghitung?”.
(5) buatlah pertanyaan yang tepat sasaran. Misalnya, “apakah kamu spunya komputer dirumah?”. Jika ya, apakah kamu senang belajar komputer dirumah?”. (6) jika terdapat angket yang tidak diisi, maka peneliti harus membagikan lagi angket itu kepada responden yang lain sebanyak yamh tidak menjawab. (7) dalam menyebarkan angket, hendaknya dilampirkan surat pengantar angket. (8) hendaknya jawaban tidak terlalu banyak dan tidak pula terlalu sedikit.

3.         Interviu
Kegiatan interviu juga sering disebut dengan kuesioner namun berupa wawancara yaitu suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). Interviu ini digunakan untuk meniliti keadaan seseorang. Dalam dunia pendidikan kegiatan seperti ini biasanya dilakukan ketika guru menanyai satu persatu muridnya. Hal yang dipertanyakan pun beragam, mulai dari nama, alamat tempat tinggal, tempat lahir, dan yang terakhir cita-citanya.
Kegiatan interviu sendiri juga dilakukan dalam proses seleksi tenaga kerja di beberapa perusahaan. Hal ini juga berfungsi untuk melihat gerak-gerik tubuh serta ucapannya saat proses tes berlangsung, apakah sudah siap atau tidak. Arifin (2012:233-234) mengatakan terdapat tiga bentuk pertanyaan saat proses interviu penelitian berlangsung, yaitu: (1) bentuk pertanyaan berstruktur, artinya pertanyaan yang menuntut jawaban agar sesuai dengan apayang terkandung dalam pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini biasanya digunakan jika masalahnya tidak terlalu kompleks dam jawabannya sudah kongket.
(2) bentuk pertanyaan tidak terstruktur, artinya pertanyaan yang bersifat terbuka di mana responden secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Jenis interviu utamanya digunakan untuk mengungkap perasaan, pikiran, dan alasan-alasan tingkah lakunya. (3) bentuk pertanyaancampuran, artinya pertanyaan yang menuntut jawaban campuran, ada yang berstruktur ada pula yang bebas atau tidak berstruktur.

4.         Observasi
       Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Jadi observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau  kalau  perlu dengan pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.
        Arikunto (2010:200) menambahkan observasi sendiri terbagi menjadi dua cara,yaitu: (1) Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan, sedangkan (2) Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.    Sistem tanda (sign system) yang dimaksud disini adalah bagaimana obsevator (pengamat) memberikan tanda pada kolom tempat peristiwa yang sedang berlangsung, sistem tanda digunakan sebagai instrumen situasi pengajaran sebagai sebuah potret sesuai pengajaran sebagai sebuah potret selintas (snapshot).
       Misalnya ketika seorang guru sedang menerangkan, guru menulis dipapan tulis, guru bertanya kepada kelompok, guru bertanya pada seorang anak, guru menjawab, murid berteriak, murid bertanya dan sebagainya. Nah, pada situasi seperti ini guru dapat mengecek kelas mana yang paling aktif pada saat pengajaran.

5. Skala Bertingkat atau Rating Scale
Bentuk instrumen dengan skala bertingkat lebih memudahkan peneliti untuk mengetahui pendapat responden lebih mendalam tentang variabel yang diteliti. Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Yang harus diperhatikan dalam pembuatan rating scale adalah kehati-hatian dalam membuat skala, agar pernyataan yang diskalakan mudah diinterpretasi dan responden dapat memberikan jawaban secara jujur.
Untuk mengantisipasi ketidakjujuran jawaban dari responden, maka perlu diwaspadai beberapa hal yang mempengaruhinya. Menurut Bergman dan Siegel dalam Arikunto (2010:201) faktor yang berpengaruh terhadap ketidakjujuran jawaban responden adalah (a) persahabatan, (b) kecepatan menerka, (c) cepat memutuskan, (d) jawaban kesan pertama, (e) penampilan instrumen, (f) prasangka, (g) halo effects, (h) kesalahan pengambilan rata-rata, dan (i) kemurahan hati.

6. Dokumentasi
Merupakan bentuk tertulis dapat berupa surat, majalah, buku, notulen rapat dan lain sebagainya yang digunakan sebagai bukti secara sah bahwa memang sudah dilakukan proses pendokumentasian. Menurut Arikunto (2010:201) dokumentasi sendiri terbagi menjadi dua macam yaitu (1) pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan (2) check-list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.
Dalam hal ini peneliti dimudahkan dengan cara memberikan tanda setiap memunculkan gejala yang dimaksud. Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cukup menuliskan tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan  pada check-list, peneliti memberikan tanda pada setiap pemunculan gejala.
Instrumen dokumentasi dikembangkan untuk penelitian dengan menggunakan pendekatan analisis isi. Selain itu digunakan juga dalam penelitian untuk mencari bukti-bukti sejarah, landasan  hukum, dan peraturan-peraturan yang pernah berlaku.

  1. Penutup
Dalam hal penelitian tentunya kita ditemukan banyak sekali ketentuan-ketentuan yang melekat, agar saat proses perencanaan, penyusunan, sampai finalisasi sebuah penelitian memberikan dampak yang positif bagi pembacanya. Sumber data dan instrumen penelitian merupakan dua unsur yang mendukung kita saat ingin meniliti sebuah objek. Di mana sumber data disini kita diarahkan bagaimana kita dapat memilih dan memilah objek dan subjek apa yang kita teliti. Selain sumber data penyusunan instrumen penelitian juga mendukung bagaimana kita mengimplementasikan sebuah penelitian.

Daftar Pustaka

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian pendidikan “Metode dan Paradigma Baru”. Bandung. Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta. Rineka Cipta
Hartanto. 2013. “Instrumen Penelitian”. [online]. diakses tanggal 15 September 2014. http://www.hartanto104.files.wordpress.com
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta
Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian “Sosial dan Pendidikan”. Jakarta. Bumi Aksara.

Rabu, 16 Juli 2014

Puisiku



Doa Penyandang Toga Kecil

Masih tercium segar aroma sekar toga kecil
Terlihat senyum manis, ketika asmanya terpampang dalam dunia abstrak
Ketika bulan menjelma mentari
Kami ratusan toga kecil baris berderet
Bersikutan, bersinggungan khayalan satu sama lain
Hanya demi toga yang lebih besar

Purnama mengetuk, panggilan toga besar berdiri tegak tepat di ujung alis
Kami menangis, kami tersenyum, kami gembira
Kami selaraskan pikiran
Kami selaraskan tekad
Kami kuatkan janji didepan fakultas kami

Namun..
Setelah kaki lelah berlari, tangan lelah memikul, jiwa kami bulatkan
Apa yang terjadi ???
Seolah bangunan ini mengoyak tekad kami,
Mencabik-cabik pikiran kami,
Serta merobek senyum harapan kami !!

Tuhan, tolong..
Robeklah mata mereka, bawalah kami beranjak dalam ketabuan ini
Kami bukan monyet, kami bukan kerbau, dan kami juga bukan sapi
Yang seenaknya mereka lucuti,
Karena kami butuh kepastian tuhan..
Kepastian menyandang toga yang lebih besar
Kepastian senyum merekah kembali lagi..

16 Juli 2014

Minggu, 13 Juli 2014

Puisiku


Tanpa judul

Tetes kering bekas abulhayat
membuka lolong mata tentang adalat
yang kini lusuh tercabik-cabik tak afiat
sedang penguasa sibuk diam, menuding aparat!

fajar berlayar dalam lintas kalbu
menelusuri jejak reformasi berselimut kelabu
berharap sekumpulan kutu menerima wahyu
namun kami hanya diteriaki dan dimaki, dasar lembu!!
sedang kalian, tertawa melihat laporan hasil beluku

wahai presiden, dengarkan kami
jangan kau sibuk membariskan para dewa-dewi
atau menjabarkan sederet padmi
kami kutu dolly, yang butuh akan nurani
jangan kalian terus sodomi
kami sudah muak dengan dramatisasi,
dan kami sudah muak dengan demokrasi!!

14 juli 2014