Sabtu, 28 Desember 2013

Cerpenku

Kehadiran Malaikat Kecil

Terik mentari seketika menyeruak, seolah mengetuk pelan-pelan di arah depan tepatnya jendela kamarku. Memang tampak menyilaukan awalnya, namun perlahan kedua bola mataku merangkak terbelalak.
“selamat pagi, sayang?”
Kata pertama yang terucap dari seorang perempuan berkulit putih, berhidung agak pesek, dan tentu saja berbibir mungil. Tapi di balik bibir mungil itu sebenarnya dia orangnya cerewet banget. Disambutnya aku dengan senyum agak sedikit kecut sih, maklum sajalah karena kami semalam habis bergulat dan menikmati romantika cinta yang tuhan berikan. Di genggamnya secangkir susu hangat dan roti bakar kesukaan kita berdua.
“selamat pagi juga, sayang..”
“ini mas, udah aku buatkan susu hangat kesukaanmu..”
“hmm..makasih yah sayang?!!”
Kunikmati satu demi satu tetes susu hangat buatan istriku. Separuh susu yang tersisa aku berhenti sejenak. Ku pandangi dan ku belai rambutnya. Aku mendekat dan ku kecup keningnya. Dan aku pun berkata..
“I love you, sayang..”
“I love you too, sayang..”
Setelah kami bermanja-manja sebentar tadi aku pun bergegas ke kamar mandi. Ku basuh mukaku dengan sabun nivea yang baru aku beli awal bulan kemarin. Setelah itu, aku mengajaknya untuk berkeliling komplek pagi ini. Yah, hitung-hitung untuk lebih mengenal tetangga sekitar. Rutinitas seperti ini biasa kami lakukan pada saat weekend. Maklum, aku dan dia juga setiap hari sibuk dengan kerjanya masing-masing. Tetangga sekitar tampak ramah, dan selalu mengasihkan senyumnya pada kita. Ekspresi gembira sesekali timbul malu-malu dari wajah kita berdua. Mungkin karena kita pasangan pengantin yang baru menikah satu bulan yang lalu. Saat ini kami tinggal di Surabaya. Kota yang penat, kota yang tak serindang awal mula pemberontakan bung tomo. Di rumah sederhana, namun bermotif minimalis dengan sedikit diberi hiasan alam yaitu taman mini yang berada di halaman depan.
Canda gurau menyelimuti jalan-jalan kita pagi ini. Sesampainya kembali ke rumah, aku bergegas menuju kamar mandi. Ia pun aku suruh untuk segera mandi. Aku sudah tak sabar ingin memasak bareng dengannya. Pagi ini kami akan memasak sayur asam, ditemani bakwan goreng rasa cinta julukanku.
“dik, ayok cepat mandi. Habis ini kita masak bareng ya?”
“hehehe..iyah mas. Masnya udah laper banget yah?”
“hehe, iyah dik. Laper banget mas gara-gara jalan tadi.”
“halah mas-mas, baru jalan-jalan begitu ajah sudah capek. Tapi waktu bercinta semalam kamu kuat beberapa ronde untuk mengalahkan aku?’’
“uuussstt..udah ayok cepat mandi dek!?”
Dan ia pun menuju kamar mandi. Kami selalu melewati setiap weekend dengan kegiatan seperti ini. Bersenang-senang dengan istri, dan memasak bersama.
Hampir setahun aku lalui hari-hariku bersamanya. Namun, ada suatu minggu yang membuatnya nampak murung. Entah murung karena sakit atau gimana aku pun tak tahu. Dia seringkali ke kamar mandi. Dia terkadang juga mual-mual.
“kenapa kamu, dik?”
“ndak apa-apa kok, mas. Palingan cuman masuk angin biasa.”
“ahh, yang benar?? Ayok aku anter ke dokter yuk?”
Tanpa berpikir panjang aku membawanya ke rumah sakit. Aku bawa ia ke rumah sakit darmo. Saat itu cuaca sedang terik. Belum lagi macetnya surabaya yang membuatku agak sedikit kesal. Ku parkirkan mobilku, dan segera aku daftar untuk mengantri no urut pemeriksaan. Tibalah no antriku..
“124, nyonya lia. Silahkan masuk..”
“selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?”
“gini dok, istri saya semingguan ini mual-mual.”
“baiklah, mari buk saya periksa.”
10 menit ia berbaring dalam ranjang komersil sang dokter. Sekembalinya ke meja konsultasi dokter pun berkata..
“selamat pak, istri bapak mengandung.”

Alangkah bahagianya aku dan istriku mendengar berita tersebut. Yah, lumayan lama kami berharap segera mendapatkan momongan. Kami pun segera pulang dan mengabari orang tuaku dan orang tua istriku. Rupanya ini adalah kado terindah yang tuhan berikan untuk orang tua kita berdua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar