BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fonetik adalah
kajian ilmu tentang pengetahuan yang menganalisis bagaimana manusia
menghasilkan bunyi-bunyi ujaran, gelombang-gelombang bunyi yang dihasilkan, dan
bagaimana alat pendengaran manusia menerima bunyi-bunyi kemudian diteruskan
menuju otak untuk diklasifikasikan serta dianalisis.
Apakah
dua bunyi bahasa mirip atau tidak bukanlah hal yang mudah dijawab? Maka ,
karena sifat multidimensional bunyi-bunyi yang digunakan dalam bahasa manusia,
bunyi-bunyi itu mungkin mirip dalam segi-segi tertentu dan tak mirip dalam
segi-segi lain. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, harus digolongkan
dalam kelas-kelas bunyi atau fonem-fonem yang berbeda, apabila terdapat di
dalam lingkungan yang sama atau yang mirip. Ketika kita berbicara mengenai kemiripan fonetik maka kita juga akan
membahas tentang variasi bebas. Kemiripan fonetik dan variasi bebas hampir mirip
bedanya hanya dari sifatnya. Kemiripan fonetik bersifat kontras dan eksklusif
sedangkan variasi bebas bersifat kontras dan tidak eksklusif. Untuk saat ini
masih banyak mahasiswa yang belum mengerti atau membedakan tentang kemiripan
fonetik dan variasi bebas, oleh karena itu dalam makalah ini penulis membahas
mengenai kemiripan fonetik dan variasi bebas agar pembaca lebih memahami
tentang kemiripan fonetik dan variasi bebas
1.2 Rumusan masalah
Dalam
pembahasan makalah ini kami akan memfokuskan pada beberapa masalah di bawah
ini:
1) Apa
yang dimaksud dengan kemiripan
fonetik, variasi bebas, dan alofon ?
2) Apa saja contoh-contoh dari kemiripan
fonetik, variasi bebas, dan alofon ?
1.3 Batasan masalah
Dalam
batasan masalah ini, kami akan membatasi masalah pada kemiripan fonetik, variasi bebas, dan alofon beserta penerapan dalam kalimat.
1.4 Tujuan Penulisan
1. Dapat menjelaskan kemiripan fonetik, variasi bebas, serta alofon.
2. Dapat menggunakan contoh kemiripan fonetik, variasi bebas, serta alofon dalam kalimat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kemiripan Fonetik
Pengelompokan
berbagai bunyi bahasa menjadi kumpulan fonem yang lebih kecil. Ini jelas bukan
kondisi yang cukup untuk menempatkan
mereka sebagai varian-varian fonem yang sama sehingga bunyi-bunyi bahasa
berdistribusi komplementer. Konsonan-konsonan hentian tak bersuara dalam bahasa
inggris diucapkan berbeda dalam lingkungan yang berbeda, dengan aspirasi pada kasus-kasus tertentu dan tanpa aspirasi
pada kasus-kasus lain. Ini berarti bahwa masing-masing dari kumpulan hentian
aspirat itu (kita tuliskan saja dalam transkripsi saksama sebagai [ph], [th],
[kh]) berdistribusi komplementer dengan masing-masing dari kumpulan hentian
aspirat itu (kita tulisakan saja dalam transkripsi saksama sebagai [p], [t],
[k])
Mengapa
tidak mengelompokkan [ph] dengan [t] atau [k], tetapi dengan [p]? perhatikan,
asalkan konvensi-konvensi penafsiran fonetis sudah jelas, maka /top/ :
/spop/ dan /pot/ : /stot/ merupakan
penggambaran yang kurang jelas antara kata-kata yang secara normal ditulis
sebagai top : stop dan pot : spot, dan bukannya /top/ : /stop/
dan /pot/ : /spot/. Apa yang mesti lakukan, jika kita memilih membuat
identifikasi-identifikasi yang implisit dalam cara pertama mentranskripsikan
kata-kata itu, adalah mengaitkan dengan fonem-fonem /t/ dan /p/ konvensi-konvensi penafsiran
fonetis berikut: /t/ dan /p/ secara fonetis direalisasikan sebagai [th] dan
[ph] pada posisi awal dan akhir, dan sebagai [t] dan [p] apabila masing-masing
terdapat di belakang /s/. Akan tetapi, tidak ada ahli fonologi yang
mendiskripsikan bahasa inggris akan membuat identifikasi seperti itu. Ada
beberapa alasan mengapa tidak kriteria pelengkap yang pertama, dan yang paling
penting (yang oleh kebanyakan linguis akan diberi bobot yang sama dengan yang
mereka berikan pada kondisi distribusi komplementer) adalah kemiripan fonetis.
Konsep dasar dari kemiripan fonetik ada dua macam
yaitu :
A. Tidak berkontras (sama)
Menurut Muslich (2008 : 82) yang dimaksud
dengan tidak berkontras adalah tidak membedakan makna, berarti karena tidak
membedakan makna bunyi-bunyi itu termasuk dalam fonem yang sama.
contoh : bunyi
[k] dan bunyi [?] mempunyai kesamaan fonetik.
dalam kata [batUk] dan [batU?]
B.
Saling mengeksklusifkan (khusus)
Bunyi
yang memiliki kesamaan fonetik itu saling megeksklusifkan yaitu bunyi yang satu
tidak pernah menduduki posisi bunyi yang lain, begitu juga sebaliknya.
Masing-masing bunyi menduduki posisinya sendiri.
contoh :
dalam kata [kata?] dan [pOko?]
2.2
Pengertian Variasi Bebas
Variasi bebas adalah bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip, jika dapat
saling menggantikan dalam suatu kata dan tidak menyebabkan perubahan arti. Hal
ini merupakan sebuah fonem. Hal ini terdapat dalam bahasa-bahasa yang mempunyai
beberapa dialek. John (1995 : 113) menambahkan bahwa bervariasi
bebas memiliki kemungkinan bahwa dua kesatuan yang secara fonetis berbeda
terdapat dalam lingkungan yang sama, tetapi tidak kontras: maksudnya, pengganti
yang satu dengan yang lain tidak menghasilkan kata yang berbeda, tetapi hanya
“lafal” yang berbeda.
Konsep dasar dari variasi bebas ada dua macam
yaitu :
A. Tidak
berkontras atau tidak membedakan makna
Menurut
Muslich (2008 : 82) yang dimaksud dengan tidak berkontras adalah tidak
membedakan makna, berarti karena tidak membedakan makna bunyi-bunyi itu
termasuk dalam fonem yang sama.
contoh : bunyi [k] dan bunyi [?] mempunyai kesamaan fonetik.
dalam kata [pOkOk] dan [pOkO?]
B. Tidak
saling mengeksklusifkan
Dalam hal ini, bunyi-bunyi yang
mempunyai kesamaan fonetis itu bisa saling menduduki posisi yang lain. Misalnya
bunyi [k] dan bunyi [x] pada kata-kata
tertentu dalam bahasa indonesia bisa saling bervariasi pengucapannya tanpa
membedakan makna.
contoh
:
1. Dalam
kata [axir] dan [akir]
bunyi
[x] dan [k] sama-sama menduduki posisi tengah suku kata.
dalam
kata [kilaf] dan [xilaf]
bunyi
[k] dan [x] sama-sama menduduki posisi pengawal suku kata atau onset silaba.
2. Dalam
kata [sənIn]
- [səni]
dan kata [kutU?] – [kutu]
Menurut
Samuri (1987 : 132) bahwa perbedaan penulisan itu disebabkan oleh lingkungan
yang komplementer, yaitu bahw [I] dan [U] sealalu terdapat di ikuti oleh
kontoid, sedangkan [i] dan [u] tidak pernah.
dari
keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa [i] - [I] dan [u] – [U] dianggap
sebagai varian sebuah fonem.
2.3 Pengertian Alofon
(Jaya dalam bloggernya) mengatakan bahwa alofon adalah pembedaan realisasi pelafalan fonem karena posisi yang berbeda dalam kata. Misalkan fonem /b/ dilafalkan pada posisi awal ("besar") dan tengah ("kabel")
berbeda dengan fonem ini pada posisi akhir ("jawab"). Melihat kembali
pembicaraan mengenai vokal maka kita melihat bahwa bunyi vokal depan tinggi ada
dua, yaitu: vokal depan tinggi atas [i] dan vokal depan tinggi bawah [I]. Begitu
juga vokal belakang tinggi ada dua, yaitu: vokal belakang tinggi atas [u] dan
vokal belakang tinggi bawah [U]. Demikian juga vokal belakang sedang ada dua,
yaitu vokal belakang sedang atas [o] dan vokal belakang sedang bawah [כ].
Bunyi vokal [i]
dan vokal [I] dua buah fonem atau sebuah fonem. Kalau kita menggunakan
cara dengan mencari pasangan minimal untuk kedua bunyi vokal ternyata sampai
saat ini belum ada. Yang menjadi kenyataan adalah bahwa kedua vokal itu, [i]
dan [I] memiliki distribusi yang berbeda. Vokal [i] menempati posisi pada
silaba (suku kata) terbuka, silaba yang tidak memiliki koda, sedangkan vokal
[I] menempati silaba yang mempunyai koda. Simak:
1.
Vokal [i] pada kata [ini]; [titi]; dan [isi]
2.
Vokal [I] pada kata [b∂nIh];
[batik]; dan [tasIk]
2.3.1
Faktor
yang mempengaruhi terjadinya alofon
Variasi Fonem terjadi karena faktor sebagai berikut:
a. Variasi fonem terjadi karena
posisi atau letak suatu fonem dalam suatu kata atau suku kata yang merupakan
lingkungannya.
b.
Variasi fonem disebut juga
variasi alofonis, yaitu alofon atau realisasi fonem dalam suatu lingkungan.
c.
Variasi bebas adalah variasi
fonem, yang tidak mengubah makna pada suatu lingkungan tertentu.
d.
Variasi bebas dapat terjadi
karena ketidaksengajaan.
2.3.2
Macam-macam
Alofon
Bunyi pada alofon
terbagi menjadi dua, yaitu bunyi vokal dan bunyi konsonan, berikut penulis akan
memaparkan sedikit contoh:
a. Contoh Alofon Vokal
1. Alofon fonem /a/, yaitu
[a] jika terdapat pada semua posisi suku kata.
[aku]à/aku, [sabtu]à/sabtu/
2. Alofon fonem /i/, yaitu
[i] jika terdapat pada suku kata terbuka. Misalnya, [bibi]à /bibi/
[I] jika terdapat pada suku kata tertutup. Misalnya, [karIb]à /karib/
[Iy] palatalisasi jika diikuti oleh vokal [aou].à [kiyos]à /kios/
[ϊ] nasalisasi jika diikuti oleh nasal. [ϊndah]à /indah/
3. Alofon fonem /u/, yaitu
[u] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka.
[aku]à/aku/, [buka]à/buka/
[U] jika terdapat pada suku kata tertutup.
[ampUn]à/ampun/, [kumpul]à/kumpul/
[uw] labialisasi jika diikuti oleh[I,e,a], [buwih]à/buih/, [kuwe]à/kue/
4. Alofon fonem /ε/, yaitu
[e] jika terdapat pada suku kata terbuka dan tidak diikuti oleh suku kata yang
mengandung alofon [ε]. Misalnya, [sore]à /sore/
5. Alofon fonem /o/, yaitu
[o] jika terdapat pada suku kata akhir terbuka. [soto]à/soto/
[É] jika terdapat pada posisi lain. [jeblÉs]à/jeblos/
b.
Contoh Alofon Konsonan
1. Fonem /c/
[c] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[cari]à/cari/, [cacing]à/cacing/
2. Fonem /f/
[j] jika terdapat pada posisi sebelum dan sesudah vocal.
[fakir]à/fakir/, [fitri]à/fitri/
3. Fonem /g/
[g] bunyi lepas jika diikuti glottal.
[gagah]à/gagah/, [gula]à/gula/
[k>] bunyi hambat-velar-tak bersuara dan lepas jika terdapat di akhir kata.
[beduk>]à/bedug/,[gudek>]à/gudeg/
4. Fonem /h/
[h] bunyi tak bersuara jika terdapat di awal dan akhir suku kata.
[hasil]à/hasil, [hujan]à/hujan/
[H] jika berada di tengah kata
[taHu]à/tahu/, [laHan]à/lahan/
5. Fonem /j/
[j] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[juga]à/juga/, [jadi]à/jadi/
6. Fonem /k/
[k] bunyi lepas jika terdapat pada awal suku kata.
[kala]à/kala/, [kelam]à/kelam/
[k>] bunyi tak lepas jika tedapat pada tengah kata dan diikuti konsonan
lain.
[pak>sa]à/paksa/, [sik>sa]à/siksa/
[?] bunyi hambat glottal jika terdapat pada akhir kata.
[tida?]à/tidak/, [ana?]à/anak/
7. Fonem /l/
[l] berada di awal dan akhir suku kata.
[lama]à/lama/, [palsu]à/palsu/
8. Fonem /m/
[m] berada di awal dan akhir suku kata
[masuk]à/masuk/, [makan]à/makan/
9. Fonem /n/
[n] berada di awal dan akhir suku kata.
[nakal]à/nakal/, [nasib]à/nasib/
[ň] berada di awal suku kata
[baňak]à/banyak/, [buňi]à/bunyi/
10. Fonem /Ƞ/
[Ƞ] berada di awal dan akhir suku kata.
[Ƞarai]à/ngarai/, [paȠkal]à/pangkal/
11. Fonem /p/
[p] bunyi konsonan hambat-bilabial-tak bersuara
[piker]à/piker/, [hapal]à/h
12. Fonem /p/
[p] bunyi lepas jika diikuti vokal.
[pipi]à/pipi/, [sapi]à/sapi/
[p>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[atap>]à/atap/, [balap>]à/balap/
[b] bunyi lepas jika diikuti oleh vocal.
[babi]à/babi/, [babu]à/babu/
[p>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup, namun berubah
lagi menjadi [b] jika diikuti lagi vokal.
[adap>]à/adab/, [jawap>]à/jawab/
apal/
13. Fonem /r/
[r] berada di awal dan akhir suku kata, kadang-kadang bervariasi dengan bunyi
getar uvular [R].
[raja] atau [Raja]à/raja/, [karya] atau [kaRya]à/karya/
14. Fonem /š/
[š] umumnya terdapat di awal dan akhir kata
[šarat]à/syarat/, [araš]à/arasy/
15. Fonem /t/
[t] bunyi lepas jika diikutu oleh vokal.
[tanam]à/tanam/, [tusuk]à/tusuk/
[t>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[lompat>]à/lompat/,[sakit>]à/sakit/
[d] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[duta]à/duta/, [dadu]à/dadu/
[t>] bunyi hambat-dental-tak bersuara dan tak lepas jika terdapat pada suku
kata tertutup atau pada akhir kata.
[abat>]à/abad/,[murtat>]à/murtad/
16. Fonem /w/
[w] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada
akhir suku kata.
[waktu]à/waktu/, [wujud]à/wujud/
17. Fonem /x/
[x] berada di awal dan akhir suku kata.
[xas]à/khas/, [xusus]à/khusus/
18. Fonem /y/
[y] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada
akhir suku kata.
[santay]à/santai/, [ramai]à/ramai/
19. Fonem /z/
[z] [zat]à/zat/, [izin]-à/izin/
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diatas penulis telah mengupas sedikit tentang kemiripan fonetik, variasi bebas, dan alofon. Dimana letak pembeda dari ketiga pembahasan tersebut pada tulisan dan makna. Memang dalam bentuk ujaran antara ketiganya hampir mendekati kesamaan tetapi dalam mekanisme penulisan dan pemaknaannya yang telah diujar tersebut berbeda.
3.2 Saran
Dalam dunia
pendidikan pendidik dituntut untuk lebih inovatif serta mengetahui prinsip
dasar tentang seluk beluk bahasa indonesia, tak terkecuali ilmu fonologi. Pemahaman
awal serta struktur pembentuk yang ada pada fonologi bahasa indonesia perlu
diperluas seiring perkembangan ilmu yang tersus-menerus setiap zamannya, serta
dapat menjadi bekal dalam pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2007.Linguistik
Umum. Jakarta:Rineka Cipta.
Muslich, Masnur.
2009.Tata Bentuk Bahasa Indnesia. Jakarta:Bumi Aksara.
Chaer, Abdul. 2009.Fonologi
Bahasa Indonesia. Jakarta:Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2008.Morfologi Bahasa Indonesia.
Jakarta:Rineka Cipta.
Warsiman. 2012.Bahasa
Indonesia Yang Benar. Surabaya:Unesa University Press.
Jaya Adisan.2012.”Konsep/Kaidah Tta Bahasa (GRAMMAR), Fonem, Morfem Kata, Kalimat
Dan Status Semantik”.[online].Tersedia.http://adisastrajaya.blogspot.com/2012/04/konsepkaidah-tata-bahasa-grammar-fonem.html