Dari Dara
Tepat di pelataran istana
dengan rembulan yang menyala
serta pawana berlalu-lalang
menyudutkan senyum manyunnya hingga
membutakanku
ku sandarkan kesenduhan ini
pada tiang-tiang pelataran
sambil berharap duka cinta
terusap oleh segelas susu putih
terus ku tatap sudut bangku
pelataran ini
sambil berharap embun
mengajakku tuk bercengkrama
masih melendeh dalam pelataran
ini
sejenak mataku tercolok pada
samping tiang nomor tujuh
dara berjilbab nan ayu laksana
pelangi diatas pasifik
yah, walaupun masih dengan
senyum kecutnya
terdiam aku,
terlamun,
tersayat pukul delapan, sajak
tentang cinta di pelataran ini
hingga anganku berontak
dan naluriku mempertemukan dewa
dan shinta pada ubun-ubun cakrawala
15 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar